Tak Berpikir Membuat Hidup Lebih Mudah (Bukan Malin Kundang)

0 632
Sebuah batu dan kerikil hidup berdampingan selama puluhan tahun. Mereka hanya berdua selama bertahun-tahun tersebut dan membicarakan hal-hal yang hanya terlintas di hadapan mereka.
Suatu waktu, si batu mengeluh atas hidupnya sebagai batu.
Tak Berpikir Membuat Hidup Lebih Mudah (Bukan Malin Kundang)
Cerita Tentang Batu dan Kerikil
Hendri (sang kerikil): kak, kenapa kamu mengeluh tiap hari? Bukankah hidup kita lebih menyenangkan dibanding daun kering itu yang sudah gugur?
Malin (sang batu): ah, aku bosan dengan kehidupan kita ini. Hanya berdiam diri dan hanya melihat-lihat sekitar kita.
Hendri: yah, aku tak mengerti jalan pikiranmu kakak?
Malin: kadang aku iri dengan manusia-manusia itu yang suka berjalan, berburu, dan bahkan saling berpegangan tangan.
Hendri: lalu, apa yang ingin kau lakukan kak?
Malin: tidak bisa kah kita berdoa kepada Tuhan agar kita dijadikan Manusia?
Hendri: baiklah kak, aku akan menemanimu.
Sang kerikil dan sang batu tak henti-hentinya berdoa setiap hari agar Tuhan menjadikan mereka berwujud manusia. Hingga suatu ketika sesosok cahaya menghampiri mereka dan berkata:

“Tuhan mengambulkan doa kalian”.

Maka jadilah mereka dua orang manusia. Mereka lalu mengumpulkan daun-daun dan kulit kayu pohon untuk menutupi tubuh mereka seperti yang dilakukan manusia lainnya. Dengan keajaiban, maka jadilah pakaian seperti yang dipakai oleh manusia.

Mereka menjalani kehidupan manusia seutuhnya, merasakan makanan yang lezat-lezat, merasakan cinta, hingga menikah dengan wanita yang dicintainya dan mempunyai keturunan. Mereka tampak menikmati kehidupannya yang sekarang, tapi sang hendri berbeda dan tak ingin menikmati kehidupan sebagai manusia seutuhnya karena sesuai janjinya hanya ingin menemani sang kakak.
Hingga suatu ketika, seluruh keluarganya meninggal dimakan usia. karena mereka berdua diciptakan dan legal dari batu yang keras dan tidak liat sehingga umur mereka lebih lama ketimbang manusia-manusia lainnya. kesedihan, kesengsaraan, dan kemelaratan mengikutinya. tak ada nikmat hidup manusia lagi yang dirasakan dan yang ada hanya kesengsaraan yang menimpa. perbincangan berdua pun terjadi tentang nasib mereka.
Malin: kemarin, aku berkaca di depan cermin dalam waktu yang sangat lama.
Hendri: …… (menatap sang Malin sambil meneguk wine kesukaannya).
Malin: Aku terlihat bodoh dan menyedihkan.
Hendri: hmmm……
Malin: Aku sudah berumur ratusan tahun tapi masih tak tahu harus apa yang harus dilakukan dalam hidup ini.
Hendri: fyuuhh… (menghela nafas).
Malin: Apa tak ada kata lagi yang kau ucapkan?.
Hendri: jangan terlalu memaksakan pada dirimu kak. lagipula orang-orang juga tidak peduli.
Malin: haahh,… (berdiri dan hendak pergi keluar dari tempat duduknya).
Hendri: kak, kau mau kemana?
Malin: Pulanglah duluan.
Hendri: beberapa hari ini, kamu selalu menyerah terhadap harapanmu, tapi harapanmu sendiri adalah kebahagiaan. jadi ayo kita pulang.
Malin: itu adalah hal terpintar yang pernah kau katakan. baiklah, ayo kita pulang.
Hendri: akhirnya kamu mengerti, aku khawatir tentangmu kak.
Malin: Jangan pedulikan aku lagi, aku hanya ingin memulai hidup yang sesungguhnya. jadi, aku akan kembali menjadi batu.
Hendri: biarkan aku menemanimu menjadi kerikil lagi.
Merekapun berdua menjadi sang batu dan sang kerikil kembali, menjalani hari-harinya lagi yang hanya berdiam diri di tempat.
Hendri: Kak, apa kamu senang menjadi batu lagi?
Malin: tentu.
Hendri: tapi, kau tak bisa apa-apa sekarang. kau juga mungkin tak bisa berpikir sekarang.
Malin: tak berpikir membuat hidup lebih mudah.
Hendri: yah,… (Sambil tersenyum).

at 18:00, 02 september 2016
Jumadil Awal

Tinggalkan pesanan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.