Berbahaya Anak Membawa Tas Yang Begitu Berat Ke Sekolah (Sebarkanlah!!!)

0 994
Ibu bapak!!! Jangan Sampai Hal Ini Terjadi Pada Anak Anda..!!! Mulai Sekarang Kata-kan Stoop!! Kepada Anak Anda Untuk Melakukan Ini. Para ibu, pernahkah Anda mengukur berapa total berat yang mesti dibawa anak di dalam tas sekolah setiap harinya? Jika belum, artikel di bawah ini mungkin mampu mengingatkan Anda untuk bersikap lebih perhatian lagi soal dampak beban berat pada tas punggung sekolah anak.
Baru-baru ini, terjadi seorang anak menjalani Implant di tulang belakang akibat setiap hari membawa tas terlalu berta ke sekolah.
Img By: Yukshare3
Peringatkan anak-anak yang masih sekolah supaya tidak membawa tas yang begitu beratke sekolah. Hal buruk di alami pelajar ini yang tanpa sadar dampak buruk membawa tas sangat
berat ke sekolahnya setiap hari. Karena di usia mereka ini yang masih dalam tahap pertumbuhan. Suatu hal yang buruk mungkin
terjadi.
Tim dokter terpaksa
melakukan langkah medis dengan membedah tulang punggung dan mengoperasinya dengan mencangkokkan tulang implan/pertolongan. Dapat anda bayangkan betapa ngilunya setiap saat petir menyambar di langit?
Entah karena tuntutan pendidikan gaya modern atau bukan, nyatanya jadwal pelajaran anak zaman sekarang dengan dulu terbilang berbeda. Bila dulu anak SD mungkin cukup belajar dua sampai tiga pelajaran sehari, berbeda dengan yang terjadi kini.
Anak kita yang sekolah di SD maupun SD mungkin harus pulang pukul 12 sampai 2 siang karena padatnya jadwal pelajaran di sekolah. Hal ini belum lagi ditambah jika mereka harus mengikuti les atau ekstrakurikuler sebagai kegiatan positif lain di sekolahnya.
Belajar dari fenomena tersebut, tabloidnova.com mencoba mengukur total berat tas yang rata-rata harus dipikul anak setiap harinya. Ternyata, sekitar 8 sampai 10 kilogram adalah berat tas punggung yang mungkin ada di area punggung mereka, ini belum ditambah dengan kotak bekal makanan atau botol minuman serta peralatan tambahan lain seperti baju olahraga dan sebagainya.
Nah, apa dampak beban berat pada tas punggung sekolah anak ?
“Tas punggung menyimpan bahaya, ini bisa terjadi jika pemakai tas punggung tidak disiplin. Sesuai namanya, beban tas punggung diletakkan di punggung, namun tidak pada praktiknya. Kadang anak-anak sering menyatukan kedua cangklong tas lalu membebankannya pada salah satu bahu saja. Nah, ini yang bikin tas punggung jadi tidak sehat,” ujar J. Hardjono, SKM, MARS, RPT, Dekan Fakultas Fisioterapi Universitas Indonusa Esa Unggul.
Pilihan cangklong lebar pada tas punggung mampu memberi beban secara lebih merata pada bahu, dilengkapi bantalan agar beban tidak menghambat peredaran darah. Sebaliknya, tas dengan tali kecil, bebannya jelas hanya terfokus pada satu daerah yang sempit sehingga kerja pada daerah tersebut terasa sangat berat. ini hanya cocok untuk gaya-gayaan atau jalan ke mal.
Menurut American Pediatrician, beban yang mampu diangkat oleh anak-anak adalah 10-20 persen dari berat tubuhnya. Anak-anak adalah individu yang masih bertumbuh. Pertumbuhan tulang mereka berlangsung hingga usia 9 sampai 14 tahun. Jika dalam usia itu terjadi gangguan pada tulang, maka pertumbuhan tulang pun akan terganggu.
“Saat anak mengangkat beban melebihi batas kemampuannya, mereka justru cenderung mengambil posisi membungkuk. Ini membuat anak akan menumpukkan bebannya pada salah satu bahu. Bahu cenderung ikut turun mengikuti arah gravitasi beban. Nah, kalau ini berlangsung lama, punggung anak bisa membengkok ke samping akibat kelainan rangka tubuh atau skoliosis,” terang Hardjono seputar dampak beban berat di tas punggung sekolah anak pada tabloidnova.com.
Kekeliruan dalam memakai ransel atau mengangkat beban berat akan menimbulkan repetitive injury atau cedera berulang, dan dampaknya bisa muncul saat dewasa nanti, seperti penyebab kelainan tulang pada anak di atas.
Secara lebih rinci, di pundak terdapat otot yang berhubungan dengan leher yaitu otot upper trapesius. Jika otot upper trapesius tertarik ke bawah karena beban, leher tetap menjulur ke depan. Itulah sebabnya, orang yang membawa tas punggung jadi terlalu berat. Lehernya tampak sangat panjang. Akibatnya leher pun terasa tegang dan kaku.
Jadi, demi menghindari risiko cedera atau bahkan penyakit skoliosis sejak dini. Maka, sebaiknya sebagai orangtua kita mulai lebih fokus soal cara menjaga kesehatan tulang dan saraf anak tercinta.
Hindarkanlah hal itu dari teman-teman dan keluarga Anda, mohon bagikan ini kepada mereka.

Tinggalkan pesanan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.