Manisnya Pun Ku Kecup
Episode 2
“Husna, yuk ambil no peserta” ajak Nyoman yang duduk bersebelahan denganku.
Satu per satu peserta mengambil nomor urut yang telah di sediakan pak Nirsal dalam sebuah amplop. Ku buka perlahan, alhamdulillah aku mendapatkan urutan ke empat. Aku dan peserta yang lainnya meninggalkan ruangan. Dan di dalam sana nampak seorang wanita yang tengah mempersiapkan diri. Ternyata wanita itu peserta pertama. Aku menuju ke arah samping aula. Peserta lainnya tengah sibuk menghapal materi yang ingin disampaikan. Aku hanya terdiam di sudut bangunan aula, kuperhatikan mereka dengan seksama. Aku tak tahu bisikan darimana, namun aku yakin sekali bahwa aku mampu mengalahkan mereka semua.. Setelah beberapa jam menunggu, akhirnya tibalah giliranku. Dadaku berdebar sangat kencang. Ku tarik napas panjang dan mulai melangkah pasti ke dalam ruangan. Ku sampaikan materi presentase dengan lancar tanpa melihat slide atau pun layar notebookku. Ku tatap semua dewan juri dengan wajah yang meyakinkan, layaknya seorang dosen yang sedang memaparkan materi kuliah. Hanya dalam waktu 5 menit, presentaseku selesai. Tentu saja, karena isi dari presentaseku hanyalah 5 slide dengan poin-poin materi yang singkat dan padat. Tibalah saatnya dewan juri mengajukan pertanyaan
“Gusnawati, bisa kamu menjelaskan latar belakang dari materi yang kamu sampaikan?” tanya Dewan Juri I
“Baiklah pak, ada beberapa alasan mengapa saya mengambil judul “strategi aksi pembangunan kesehatan di wilayah walmas dalam menunjuang program Menuju Indonesia Sehat 2015. Alasannya yaitu : Pertama : Kesehatan merupakan salah satu pilar penting selain pendidikan dalam menuju ke kesejahteraan sosial . Kedua : Pembangunan sarana dan prasarana kesehatan di berbagai wilayah belum semuanya terwujud terkhusunya walmas dan ketiga karena kebetulan sekarang luwu sedang dalam proses pemilihan kepala daerah, maka makalah saya ini nanti akan saya jadikan sebagai proposal dan saya berikan kepada kepala pemerintahan yang baru untuk segera diwujudkan, terima kasih” Jelasku dengan mantap tanpa keraguan sedikit pun.
“Oke saya kira cukup” jawab Dewan Juri I
“Nah, itu tadi pertanyaan dari Dewan Juri I ya, sekarang giliran saya, gini saya bingung ini dengan beberapa strategi yang ingin kamu terapkan, bisa nggak kamu jelasin dengan singkat strategi kamu itu” tanya Dewan Juri II
“Oh, yang itu ya Bu, oke.. gini strategi saya yang pertama LKC (layanan kesehatan cuma-cuma) jadi nanti setiap warga yang ingin berobat atau pun konsultasi kesehatan itu di layani secara cuma-cuma tanpa ada bayaran sepeser pun. Kemudian yang kedua adalah pembuatan warung obat-obatan herbal. Selama ini kita selalu disuguhi dengan obat-obatan sintetik dari pabrik yang terkadang bisa meracuni tubuh dan memiliki efek samping oleh karena itu saya berencana untuk memanfaatkan tanaman yang bisa menjadi obat-obatan herbal yang ada disekitar kita. Selain efek samping yang kemungkinan sangat kecil, alasan lainnya adalah obat-obatan herbal ini ramah lingkungan dan relatif lebih murah dibandingkan dengan obat-obatan sintetik. Selanjutnya adalah Apotek Siap Siaga (Apsia) adalah apotek yang mampu melayani masyarakat selama 24 jam dengan menyediakan berbagai macam jenis obat-obatan generik dan lain-lainnya. Kemudian yang terakhir adalah Pendikesma yaitu pendidikan kesehatan kepada masyarakat. Masyarakat akan mendapatkan pendidikan mengenai kesehatan agar masyarakat bisa menjadi lebih mandiri dan tahu mengenai kesehatan lingkungan dan dirinya” Jelasku dengan sangat meyakinkan
“Luar biasa, nah bagaimana jika rencana yang ingin kau terapkan ini mendapatkan kendala, apa yang akan kamu lakukan?” Dewan Juri 2 kembali bertanya padaku
“Memang tidak kita pungkiri bahwa dalam setiap rencana yang kita buat itu akan menuai kendala, namun saya telah memikirkan kendala-kendala yang kemungkinan terjadi seperti status kesehatan masyarakat yang masih rendah. Masyarakat terkadang bersikap acuh tak acuh mengenai kesehatan terutama masyarakat yang berada di daerah pedalaman seperti Pompengan dan Layar Putih. Nah salah satu cara yang bisa kita tempuh adalah dengan pendekatan secara persuasif dan person to person. Memang agak sedikit memakan waktu lama dan kesabaran ekstra, tetapi saya yakin dengan pendekatan itu mereka dapat paham bahwa kesehatan itu sangat penting. Kendala kedua adalah tenaga kesehatan yang masih sedikit di daerah-daerah terpencil. Hal ini mungkin agak berat, kita harus meminta terlebih dahulu kepada pemerintah setempat, namun ada cara lain kita bisa mendidik masyarakat setempat agar dapat menjadi tenaga kesehatan di daerah mereka sendiri, terima kasih” Jawabku kembali.
Nampak kulihat raut wajah Dewan Juri 2 sedikit mengerutkan keningnya. Jantungku berdebar, mungkinkah jawabanku tidak masuk akal?. Namun segera kutepis pikiran itu. Tiba-tiba Dewan Juri 2 Standing Uploas dan tersenyum lebar.
“Sekali lagi saya ucapkan luar biasa, saya rasa cukup pertanyaan saya” kata Dewan Juri 2
Aku menarik napas lega.
“Oh Tuhan terima kasih” ucapku di dalam hati
“Oke, Gusna itu tadi pertanyaan dari Dewan Juri 1 dan 2, nah sekarang saya akan mempersilahkan Dewan Juri 3 untuk mengajukan pertanyaan” kata Pak Nirsal mempersilahkan Dewan Juri 3.
Oh Tuhan… Dewan Juri 3. Nyaliku sedikit menciut melihat siapa yang menjadi Dewan Juri 3. Ya, bagaimana nyaliku tidak menciut, jika ternyata Dewan Juri 3 adalah Rektor UNCP, Bapak Suhaedi. Sambil tersenyum, beliau memandang ke arahku sejenak. Terlihat ia menghirup napas panjang. Beliau sedikit mengganti posisi duduknya dan membaca coretan-coretan yang ada di depannya.
“Gusnawati…” kata Rektor
“Ya..Pak” Jawabku dengan sedikit nada getar
“Tidak ada yang perlu saya tanyakan lagi mengenai karya ilmiah kamu, karena saya sangat yakin pertanyaan-pertanyaan bagaimana pun dapat kamu jawab dengan sangat luar biasa. Saya tahu betul prestasi yang telah kamu ukir selama ini dan saya sangat yakin kamu lah yang akan memperoleh gelar Mahasiswa teladan. Kenapa saya sangat yakin? Di bidang akademik kamu telah membawa UNCP sampai ke tingkat nasional dalam ON MIPA 2013 dan itu untuk pertama kalinya UNCP bisa sampai ke tahap itu. Selain itu, kamu adalah salah satu asisten Laboratorium, beberapa kali ikut lomba OSN Pertamina. Di bidang organisasi, kamu aktif di lembaga ekternal kampus dan internal kampus. Kamu menduduki posisi yang cukup penting dan tinggi. Kamu aktif melakukan pengabdian kepada masyarakat, apa lagi saya dengar kamu menjadi salah satu tutor. Saya hanya ingin tanya, bagaimana cara kamu melakukan semua kegiatan kamu dan untuk apa? “ tanya pak Rektor
Napas yang sedari tadi aku tahan, kuhembuskan perlahan-lahan. Ku tundukkan wajahku sambil membaca bismillah dan ku tatap wajah Rektor
“Terima kasih pak atas apa yang bapak sampaikan. Setiap orang sebenarnya bisa melakukan hal itu.Namun, mereka terkadang hanya memilih salah satu darinya. Selain itu rasa malas dan apatis juga bisa menjadi kendala. Nah itu lah yang tepiskan dari diri saya. Saya berani mengambil semuanya tanpa memberatkan salah satu darinya. Saya aktif di berbagai lembaga, karena saya ingin dapat bersosialisasi dengan masyarakat dan lingkungan saya serta menambah pengetahuan saya di bidang non akademik. Namun, meskipun saya aktif di lembaga, saya tidak melupakan kuliah . Karena itu adalah amanat orang tua saya agar saya bisa menyelesaikan kuliah dengan cepat. Saya bekerja karena saya butuh biaya untuk kuliah saya. Jujur saya katakan, saya mengikuti lomba ini bukan karena saya ingin mendapatkan predikat Mahasiswa Teladan atau pamer tentang semua prestasi saya. Saya masih jauh dari predikat itu, karena bagi saya Mahasiswa Teladan itu adalah mahasiswa yang tidak memiliki cacat dalam perkuliahannya. Nah saya, saya pernah di black list oleh fakultas karena ikut serta dalam kegiatan Perkampungan Sains yang dilarang oleh kampus karena katanya melakukan kekerasan padahal tidak sama sekali. Pernah mengeluarkan dosennya karena dosen itu tidak pantas jadi dosen, kami di ajar seperti anak kecil. Jujur saya mengikuti lomba ini dan berbagai lomba lainnya itu hanya untuk mendapatkan uang. Prestasi itu nomor dua. Kenapa? Karena saya butuh biaya untuk kuliah saya. Apa lagi saya berada di penghujung semester akhir. Butuh biaya yang sangat besar untuk penelitian, ujian dan wisuda nanti. Kampus sangat pelit memberikan beasiswanya dan saya tidak bisa terus-terusan meminta kepada orang tua saya. Itulah jawaban saya pak “ Jawabku. Ada titik-titik air mata yang membasahi kelopak mataku. Ya, itu lah kelemahanku, selalu terharu jika menyebut nama kedua orang tuaku.
“Gusna, tanpa sengaja kamu sudah membeberkan kejujuran kamu yang saya rasa bisa mengurangi penilaian saya dan dewan juri lainnya. Apakah kamu tidak takut kalau bukan kamu yang memenangkan lomba ini?” tanya Rektorku kembali.
“Tidak pak, saya bersyukur rejekiku bukan hanya disini saja, tapi saya sangat yakin bahwa saya yang akan memenangkannya” jawabku
“Kenapa kamu sangat yakin” Rektor kembali menimpali
“Hati saya yang berkata” jawabku
“Oke, saya rasa cukup pak Nirsal” kata Rektor
Oh Tuhan, apa yang telah aku katakan. Sebenarnya ada sedikit terbesit rasa penyesalan dalam hatiku. Namun, sudah lah semua sudah terlanjur ku katakan. Aku pun keluar dari ruangan setelah pak Nirsal mempersilahkan. Di luar ruangan ku lihat Nyoman dan April memandangiku. Aku tersenyum membalas pemandangan mereka dan berlalu pergi dari gedung E.
Hari pengumuman pun tiba. Jantungku berdebar kencang mengahadapi hari ini. Ku raih telepon genggam di atas televisi. Dengan sedikit gemetar ku ketik huruf-huruf di layar hp
“Assalamu alaikum Kak Ari, bisa minta tolong anterin ke Sadonrae?”
Beberapa detik kemudian
“Yupsss bisa, emang ada acara apa?”
“pengumuman mahasiswa teladan sekaligus malam ramah tamahnya cokro”
“oke paenk….tunggu saja yach di depan kos kamu”
“Oke kak, thanksss”
Beberapa menit kemudian Kak Ari datang lalu mengantarkanku ke Sadonrae. Beberapa peserta telah kulihat berjajar di depan pintu masuk. Selain kami peserta Mahasiwa Teladan, ada juga hadir peserta dari Stand Up Comedy dan Debat Mahasiswa serta beberapa mahasiswa senior yang telah di wisuda dan tamu undangan.
“Husna……” teriak kak Asmar
Aku clingak-clinguk mencari darimana datangnya suara itu. Tak ada seseorang pun ku lihat memanggilku.
“Husna…..” teriak kak Asmar lagi
Bertambah bingung, hantu kah yang memanggilku. Aku hanya menggerutu dalam hati. Kesal dengan panggilan seseorang yang tak kulihat.
“Daaaaaaaarrrrrrrrr…..ha…ha…ha….” Kak Asmar mengagetkanku
“Ahhhhh…kak Asmar, kaget tau…. “ balasku sambil mencubit pundak Kak Asmar
“Cieeee calon mahasiswa teladan, sama siapa nich?” tanya Kak Asmar
“Sendirian aja, habis mau sama siapa?” balasku balik bertanya
“Sama pasangan kamu toch si Panda itu” jawab kak Asmar sambil sedikit melirik ke arah laki-laki bertubuh gempal dan tinggi. Ya siapa lagi yang dia lihat kalau bukan si Alfred, laki-laki yang dua tahun pernah menjadi teman yang begitu spesial. Siapa yang tidak tahu mengenai hubungan kami berdua. Hampir di seluruh seantero kampus UNCP mengetahuinya, apa lagi di Fsains, bahkan Dekanku pun tahu tentang kedekatanku dengan laki-laki itu. Namun, itu dulu sekarang tidak lagi. Setelah aku sadari bahwa laki-laki itu memang tidak pantas untukku. Selain perbedaan keyakinan, dia juga adalah laki-laki yang egois dan kasar. Bertahan dengannya bukan tanpa alasan. Cukup aku dan Tuhan yang tahu tentang hal itu.
Pukul 20.00 acara pun di mulai. Aku sedikit bosan dengan acara ini. Mulai dari pembukaan hingga foto bareng setiap alumni. Terlalu lama menunggu. Melihat aku yang sedang bosan, kak Asmar mencoba menghiburku dengan sedikit memperlihatkan raut wajahnya yang jelek. Memutar-mutar bola matanya dan menjulur-julurkan lidah. Dia berhasil. Aku pun tersenyum.
“Gitu dong neng, senyum , ketawa biar tambah cantik” gombal kak Asmar
“he..he…he…”jawabku nyengir
Setelah beberapa jam nunggu, akhirnya pengumuman itu pun tiba. Semua yang hadir dalam ruangan ini tenang seketika.
“Baiklah setelah tadi pengumuman pemenang Stand Up Comedy dan Debat Mahasiswa, sekarang saya akan mengumumkan pemenang dari Mahasiswa Teladan. Tapi sebelumnya saya akan mempersilahkan ke sebelas peserta untuk naik ke podium” jelas pak Nirsal
Aku dan beberapa peserta lainnya pun naik ke atas podium. Semua mata tertuju pada kami. Dan disana , kulihat Ketua Prodiku, Pak Iwan memandangku mantap sambil mengacungkan jempolnya. Beliau adalah orang yang sangat berjasa selama ini. Bagaimana tidak, dia bukan hanya ketua prodi dan dosen bagiku, namun sudah menjadi seperti seorang kakak bagiku. Umurnya masih muda sekitar 28 tahun. Perawakannya kurus, tinggi, kulitnya sawo matang, rambutnya ikal dan rapi.
“Semangat husna” katanya sambil mengacungkan jempol
Aku hanya membalasnya dengan senyuman. Bapak Nirsal selaku ketua Panitia mengambil alih acara. Semua peserta diberikan sertifikat sebagai 10 besar finalis mahasiswa teladan. Aku dan peserta lainnya bangga menerima sertifikat tersebut. Kemudian Pak Nirsal menyembutkan nama-nama peserta yang lolos ke 4 besar. Nama Nirvan dari jurusan informatika disebutkan pertama kali, kemudian menyusul Nahwansyah dari prodi PPKn, selanjutnya Hasnita dari prodi Informatika. Jantungku berdegup kencang, aku tak tahu siapakah peserta terakhir yang akan disebutkan namanya. Lalu dengan wajah yang masih tidak percaya, akhirnya namaku dipanggil. Aku dan ketiga peserta lainnya maju agak kedepan dari peserta lainnya. Kini tinggal penentuan juara pertama kategori putra dan putri. Perasaanku semakin tidak menentu. Mulutku komat-kamit, bukan berarti sedang membaca mantra, namun seperangkat doa kulafazkan.
“Oke tepuk tangan untuk ke empat finalis kita” teriak Pak Nirsal. Suasana gedung yang tadinya tegang menjadi cair kembali.
“Oke, sekarang saya akan mengumumkan juara pertama mahasiswa teladan kategori putra adalah……..”
Semua peserta dan audiens menahan napas. Ku lirik wajah Nirvan, ada sedikit senyum di wajahnya.
“Juara pertama mahasiswa teladan kategori putra di raih oleh Nirvan Toruela dari prodi Teknik Informatika”
Suara tepuk tangan dan teriakan audiens memecahkan telinga. Nirvan tersenyum lebar. Aku masih tidak percaya mahasiswa seperti Nirvan mampu menjadi mahasiswa teladan, padahal rekor demonya aduuuhhh luar biasa.
“Nah, itu tadi juara pertama kategori putra, sekarang saya akan mengumumkan juara pertama kategori putri, menurut kalian siapa??” lanjut pak Nirsal
Hampir semua audiens menyebutkan namaku. Aku hanya tersenyum.
“Juara pertama kategori putri di raih oleh Gusnawati dari prodi Biologi Sains”
Sontak semua alumni Fsains dan Faperta berteriak hampir memecakan bangunan gedung SCC.
Aku tersenyum puas, ku tatap wajah seluruh dosen-dosenku dan senior-seniorku. Ada perasaan haru menjalar dalam hatiku. Ku terima bingkisan besar berupa Laptop Acer 14 inci dan piagam penghargaan.
Aku bersyukur kepada Allah dia memberiku banyak kenikmatan. Setelah mampu lolos ke Jogjakarta sebagai Finalis Olimpiade Sains Nasional akhirnya aku bisa memperoleh juara pertama mahasiswa teladan.
Aku turun dari podium. Ku cium tangan bu Ma’rufi, Bu Rahma, Bu Eka Pratiwi (dosenku tersayang hingga saat ini) dan tentunya Pak Iwan.
Semua kakak-kakak seniorku memberikan selamat kepadaku. Setelah acara selesai aku berlari keluar. Asmar menjemputku dan mengantarkanku pulang. Malam ini aku sungguh bahagia. Terima kasih ya Allah.