Seragam Lusuh Membawaku ke Singapura
Seragam Lusuh membawaku ke Singapura
âAyah, apakah ayah tidak bosan dengan pekerjaan sebagai tukang kebunâ tanyaku suatu hari
Ayah hanya tersenyum. Dia mendekatiku dan mengusap kepalaku, lalu ia pun menjawab
âAnakku, jika ada manusia yang bosan dengan pekerjaannya, dia adalah manusia yang tidak pandai bersyukur. Ayah tidak pernah bosan dengan pekerjaan sebagai tukang kebun karena ayah mensyukurinya. Lihatlah apa yang ayah kerjakan â jawab ayah sambil menunjuk ke arah pelataran istana luwu.
Nampak bunga-bunga berwarna warni bermekaran menghiasi halaman istana. Kolam yang bersih dengan bunga teratai menambah keasrian pelataran istana dan patung badik yang kokoh.
âIya, ayah sekarang aku mengertiâ jawabku.
âBagaimana sekolahmu Nak?â tanyanya lagi
âAlhamdulillah ayah menyenangkan, oh ya kemarin aku dan teman-teman habis mengikuti lomba Festival Budaya yang di adakan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Ayah tahu tidak, yang lolos ke tiga besar akan di ikutkan pada kegiatan Cultural Festival of Asia yang akan di adakan di Singapura, aku dan teman-teman berharap bisa lolosâ jawabku dengan semangat
âWah kamu sangat luar biasa Nakâ
âMakasih Ayahâ
âSeragam kamu, apakah masih bagus untuk di pakai?â
âMasih ayah, warnanya memang sedikit buram, tapi tenang saja Ayla bakal merendamnya dengan Byclinâ
âHa..ha… emang bisa putih ya kalau direndam pakai Byclinâ
âTentu dong ayah, iklan di TV kan begituâ
âHa..ha.. ternyata anakku menjadi salah satu korban iklanâ
Aku tertawa lepas mendengar jawaban ayah. Ayah pun tak mau kalah dia tertawa terpingkal-pingkal.
âLihat nggak seragamnya anak itu, dekil yach â kata seorang anak bermata sipit
âBener tuch, anak desa kali… udah berapa lama ya seragamnya kagak diganti?â sela anak perempuan lainnya.
Mereka mencibirku tanpa henti. Putri, teman dekatku menenangkanku dan membalas tatapan mereka.
âTenang Ayla, mereka itu hanya sirik aja sama kamuâ kata Putri menenangkan
âEmang mereka sirik kenapa Put?â tanyaku sedikit keheranan
âKarena mereka nggak punya seragam liminited edition yang kayak kamu punyaâ jawab Putri
âLiminited Edition dari Hongkong, kamu itu ada-ada saja ya Putâ kataku sambil tersenyum.
âAh… gitu dong senyum, nggak manyun aja kayak tadiâ lanjut Putri
Aku hanya tersenyum lalu beranjak pergi menyusul Pak Safar.
Acara pengumuman pemenang lomba Festival Budaya telah dimulai. Terlihat kak Anca pembawa acara tersebut tampil di depan podium dengan mengenakan stelan baju adat daerah Jakarta. Dia sangat tampan dan berwibawa. Sekilas aku melihat sosok pria jangkung berdiri tidak jauh dari podium. Pria jangkung itu mengenakan kemeja merah bata dan celana hitam serta topi hitam yang menghias kepalanya. Terlihat juga ID Card menggantung di lehernya dan kamera Canon tidak luput dari genggamannya. Pria jangkung itu lalu berjalan ke arahku. Semakin dekat pria itu ke arahku hatiku semakin tidak karuan. Jantungku berdebar kencang.
âHai, sweetyku apa kabarmuâ? sapa pria jangkung itu
âAbang Ilhaaaaammmmmmâ aku berlari memeluk pria jangkung itu. Ternyata pria jangkung itu adalah abangku. Dia bekerja sebagai fotografer.
Abang Ilham memelukku erat dan mencium keningku. Dia sangat bangga melihatku dapat berkompetisi di ajang ini.
Setelah beberapa lama acara dimulai, akhirnya pengumuman pemenang lomba Festival Budaya akan segera di umumkan. Hatiku tidak karuan. Aku melafazkan doa begitu panjangnya, demikian juga teman-temanku yang lain dan peserta lainnya. Juara harapan 3 sampai harapan 1 telah di umumkan. Kini tinggal menunggu juara 1-3. Jantungku semakin berdebar kencang.
âYa, Allah semoga aku bisa masuk ke 3 besarâ pintaku
âBaiklah, sekarang tiba gilirannya saya akan mengumumkan pemenang ke 3 dari lomba Festival Budaya yaitu dari provinsi Aceh Darrusalam atas nama Teuku Hafids dan Cut Riska. Pemenang kedua berasal dari Jawa Tengah atas nama Ratna Singgih dan Abdi Mangestu. Tepuk tangan untuk merekaâ kata Kak Anca sebagai pembawa acara
âOke, juara 2 dan 3 telah kita tahu yach, nah siapakah juara pertama dari lomba ini? Siapa? Siapaâ ya betul ini dia juara pertama kita dari provinsi Sulsel kota Palopo atas nama Nur Ayla Fatimah dan Alamsyah. Tepuk tangan… â lanjut kak Anca
Masya Allah, aku sangat kaget mendengar namaku disebutkan sebagai juara pertama. Aku hampir tidak percaya. Maka dengan langkah sigap dan penuh percaya diri aku dan Alamsyah melangkah ke arah podium. Begitu senangnya aku, karena ternyata si Gadis Lusuh mampu memenangkan lomba bergengsi dan akan terbang ke Singapura sebagai wakil Indonesia di ajang Cultural Festival of Asia. Abang Ilham melambaikan tangan dan tersenyum padaku. Demikian juga Putri, Pak Safar, Jodhy, Josua dan teman-temanku lainnya mereka juga tersenyum padaku.