Sepotong Kisah di Masa Kecil

9 874
Sepotong Kisah di Masa Kecil; Kisah Hidup Penulis. Ini adalah Kisah Penulis Sendiri yang akan saya ceritakan kepada pembaca setia Kitaberbagi.info, diharapkan dengan kisah ini, para pembaca bisa mengambil hikmahnya atau pelajarannya agar tetap teguh menjalankan kehidupan ini di dunia. Kisah ini ditulis Oleh : Husna

Terlahir ke Dunia

Ibuku bernama Sunarsih menikah dengan seorang pria bersuku Bugis-Maros yang memiliki seorang anak laki-laki berumur 4 tahun. Anak laki-laki yang di tinggalkan oleh ibunya di teras rumah pamanku (adik ayahku). Dengan perjuangan pamanku anak laki-laki itu akhirnya diseberangkan dari Kalimantan Timur ke Sulawesi Selatan dan akhirnya hidup bersama dengan ibu ku sampai anak laki-laki itu akhirnya menikah dan memiliki dua orang anak.

Anak laki-laki yang kuceritakan ini adalah kakakku. Salah satu hal yang ku banggakan dari ibu ku adalah dia mampu menumpahkan seluruh kasih sayangnya pada anak yang bukan terlahir dari rahimnya. Jika ada yang mengatakan bahwa ibu tiri itu kejam, maka akan ku tampik pernyataan itu. Ayahku bernama Masse’, seorang laki-laki yang bergelar duda keren. Ayahku tampan, dia memiliki kulit yang putih, mata yang sedikit sipit, jenggot dan kumis putih menambah ketampanan dan kewibawaannya. Tubuhnya gagah dan kuat. Itu lah mengapa hingga di hari tuanya ayahku masih mampu bekerja keras. Ayah dan Ibuku menikah pada tahun 1991.

Tidak ada pesta pernikahan, hanya ijab kabul saja oleh karena itu kalian tidak akan menemukan foto pernikahan ayah dan ibuku terpajang di ruang tamuku. Sembilan bulan setelah pernikahan tepatnya pada hari Sabtu Pahing menurut penanggalan orang Jawa atau tepat pada 04 Januari 1992 bulan Syawal , akhirnya seorang anak perempuan mungil di lahirkan ke dunia.

Bayi mungil itu dilahirkan di atas tempat tidur dari besi, dengan bantuan dukun beranak dan Bidan. Kulitnya putih bersih, dagunya bertumpuk. Rambutnya hitam lebat. Mereka memberikan nama kepada putri pertamanya dengan nama Gustiana. Bukan orang Bali, tapi nama kok mirip dengan orang Bali yach he..he.. he.. J . Ayahku dengan sigap melafazkan adzan dan iqamat ditelingaku.

Mereka mengajariku mengenal Allah dari awal aku lahir ke dunia. Belum ada sebulan nama itu disematkan pada putri kecilnya, akhirnya nama tersebut diganti dengan Gusnawati lantaran putrinya sering sakit-sakitan. Semasa bayi, ibuku tidak memberikanku bubur bermerek. Dia hanya menyuapiku dengan bubur nasi putih di tambah dengan pisang rebus, sayur-sayuran hijau dan putih telur.

Ibuku juga tidak pernah memberikanku susu kaleng, dia setia memberikan ASI nya hingga anaknya berumur 2 tahun. Aku berterima kasih kepada Ibuku karena dia memberikan makanan yang sangat bergizi dan bermanfaat bagiku. Terima kasih untuk ayah dan ibuku, i love you .

Mengenal Al-Qur’an

Kata ibuku, sejak umur 1 tahun aku sering dititipkan pada nenekku. Nenekku hidup di tengah ladang di daerah Seriti. Oleh karena itu, masa kecilku selalu ku habiskan di rumah nenekku hingga umur 4 tahun. Kemudian saat aku menginjak umur 5 tahun, aku dititipkan di rumah “mbah” ku. Aku punya dua orang “mbah” mereka biasa aku panggil dengan Mbah Lanang dan Mbah Wedok.

Kedua Mbah ku ini punya keunikan. Mereka terkadang sering kali bertengkar tetapi cepat baikan dan menyayangi satu dengan yang lainnya. Itu terbukti, dengan cinta sehidup semati.Setelah empat puluh hari Mbah Wedokku meninggal dunia, Mbah Lanangku pun ikut menyusul. Umur 5 tahun sebelum aku masuk sekolah dasar, aku belajar mengaji di mesjid dekat rumahku.

Sebenarrnya Ayahku telah mengajariku membaca Al-Qur’an di rumah dengan logat bugisnya .Namun, aku agak lupa bagaimana cara pengucapannya. Pak Le adalah guru mengajiku yang pertama. Dia berasal dari tanah Jawa. Orangnya sangat lembut dan penuh wibawa. Selanjutnya aku diajar oleh beberapa guru mengajiku di antaranya Kak Muri, Kak Amang, Kak Gito, Kak Likin, Kak Nar, Kak Asri dan Kak Narwan. Di antara semua kakakku , aku paling dekat dengan Kak Gito dan Kak Likin.

Awal aku belajar mengaji, aku diperkenalkan dengan huruf hijayyah dan cara penyebutannya kemudian belajar Iqra’. Selain di ajar mengaji, aku dan teman-temanku diajarkan cara sholat dan berwudu, hapalan doa-doa anak setiap hari dan hapalan surat-surat pendek. Aku merupakan anak yang cepat dalam membaca Iqra’. Sebelum aku masuk ke sekolah dasar, aku telah menamatkan bacaan Iqra’ dan berlanjut ke bacaan Al-Qur’an.

Kakakku mengajariku cara membaca Al-Qur’an dengan baik yaitu dengan memperhatikan tanda baca dan tajwidnya. Ada beberapa hal yang mungkin bagi kalian hal ini sangat nakal. Aku terkenal sebagai anak yang tomboy. Teman mainku jarang yang perempuan, kebanyakan adalah laki-laki.

Beberapa kejahilan yang pernah ku lakukan bersama teman-teman se-gengku waktu itu adalah menyembunyikan sandal di WC atau di semak-semak dan bunga-bunga, pergi main petasan dan melemparkannya ke anak-anak lain, menakut-nakuti anak-anak di WC pakai kain putih dan mengikat ujung mukena atau ujung sarung dengan yang lainnya saat shalat. Perilaku ini jangan di ikuti yach… J peace he..he..he….

Meskipun terbilang nakal, gengku merupakan kumpulan anak-anak yang pandai di antara semua santri. Gengku sudah menghapalakan sekitar 25 surat dalam Juz 30 dan mengerti tentang hukum tajwid serta telah menamatkan bacaan alqur’an meskipun umur kami masih terbilang sangat muda.

Saat aku masih kecil, aku selalu berpindah-pindah tempat mengaji. Setelah di TPA Insan Yakin, aku pindah belajar mengaji di TPA Nurul Iman. Masih kuingat kenangan saat pulang mengaji malam hari, kami selalu menenteng obor sebagai alat penerangan. Saat aku duduk di kelas 5-6 SD aku berpindah tempat mengaji di TPA Al Muhajirin. Di TPA ini aku banyak belajar tentang fiqih, akidah, akhlak, dan tentunya bahasa Arab serta kaligrafi. Nama ustad yang mengajariku waktu itu adalah Ustad Zainal Abidin dan Ustad Aan.

Masa SD yang Menyenangkan

Tahun 1998, ketika Bapak Soeharto masih menjabat sebagai Presiden Indonesia, aku mulai masuk ke pendidikan sekolah dasar negeri (SDN) Unggulan 105 Lamasi. Saat itu, usiaku menginjak umur 6 tahun. Pertama kali masuk sekolah aku diantarkan oleh Bapakku naik sepeda mustangnya. Aku masih ingat uang jajan yaang pertama kali diberikan oleh Bapakku saat itu. Dua lembar uang seribuan yang masih bergambar seorang laki-laki yang meloncati batu.

Masih ku ingat nama guru kelas 1 ku, beliau bernama ibu Debora. Perawakannya pendek, sedikit gemuk, rambutnya pendek berbentuk ombak, kacamata selalu bertengger di hidungnya dan memiliki tahi lalat di dagunya. Guruku yang satu ini sangatlah baik. Dia mengajariku cara memegang pensil, menulis, membaca dan berhitung. Setiap pelajaran yang beliau sampaikan di sekolah aku selalu mengulanginya di rumah dan berlagak seperti guru yang sedang menjelaskan.

Ada beberapa hal yang begitu masih kuingat dalam memoriku saat aku masih duduk di kelas 1 SD. Pertama, aku punya teman kelas namanya Wiji, dia anak Gerumbul 2. Nah, setelah beberapa hari sekolah aku baru tahu bahwa temanku yang satu ini agak memiliki keterbelakangan mental. Suka kencing dan pup di celana serta suka banget nyubit teman-teman lainnya sampai terkadang kulit berwarna biru. Kedua, waktu kelas 1 SD aku pernah bawa kacang rebus ke sekolah sebagai bekal.

Saat itu aku duduk paling belakang dengan beberapa teman laki-laki. Saat Ibu Debora sedang menerangkan pelajarannya, aku asyik menikmati kacang rebusku dan membuang kulitnya di lantai. Akhirnya, aksiku ketahuan oleh beliau, dan sebuah pukulan tongkat yang terbuat dari rotan aku rasakan juga. Rasanya sakit banget. Ketiga, saat pelajaran agama berlangsung, aku diminta oleh guru agamaku untuk membaca tulisan arab di papan. Karena tulisan di papan nggak jelas, maka aku pun membacanya asal-asalan saja.

Saat itu, semua sekolah masih menggunakan papan hitam dan kapur putih. Karena bacaanku salah, maka sebuah pukulan dari tongkat rotan pun ku dapatkan juga. Keempat, aku pernah bolos sekolah, bolos pertama dalam sejarah kehidupan sekolahku. Hal ini lah yang paling tidak pernah kulupakan.

Saat itu, temanku Yuliniawan alias Wawan mengajakku, Ami dan Koko untuk pulang karena katanya pelajaran sudah selesai. Akhirnya aku dan teman-temanku balik ke rumah. Sesampainya di rumah, Bapakku heran kenapa masih pagi sudah balik dari sekolah. Sore harinya, Bapak tahu kalau aku membolos, maka aku pun kena cambukan beberapa kali dari bapak. Aku menangis keras menahan sakit.

Nah, karena peristiwa itulah aku trauma untuk membolos sekolah. Ketika SD, aku adalah siswa yang paling rajin datang ke sekolah, pukul 05.30 aku sudah berada di sekolah padahal jarak antara rumah dan sekolah sangatlah dekat. Aku juga merupakan salah satu siswa yang pandai. Sejak kelas satu catur wulan 1-3 aku mendapatkan perimgkat 3 di kelas.

Kemudian ketika duduk di kelas 2-6 SD aku selalu menduduki peringkat 1 dan 2 bergantian dengan sahabatku, Edi Purboyo. Edi Purboyo adalah sahabatku hingga saat ini.

Saat SD, aku pernah mengikuti lomba gerak jalan, lomba senam , lomba olimpiade IPA serta mengikuti PERSAMI dan pernah mendapatkan Juara 1 lomba cerdas cermat se kecamatan dan masuk enam besar cerdas cermat se kabupaten. Aku selalu bertindak sebagai ketua kelas dan pemimpin upacara saat kelasku mendapat giliran.

Ada hal nakal yang pernah aku lakukan waktu SD, aku selalu diam-diam mengambil buku di perpustakaan atau lemari guru dan ketika kenaikan kelas baru kukembalikan. Pernah berkelahi dengan teman sekelasku gara-gara dia nyontek, maka dengan sigap aku menonjok mukanya dan menjambak rambutnya.

Aku biasanya juga menjual jambu air atau mangga di sekolah untuk mendapatkan tambahan uang jajan serta membantu Daengku menjual di kantin. Aku paling suka memanjat pohon mangga di depan kelasku atau memanjat tembok di belakang kelasku. Saat SD aku sangat jarang mendapatkan uang jajan. Saat itu uang jajanku berkisar antara 100-500 rupiah.

Ada beberapa hal yang dulu aku dapatkan waktu SD tetapi sudah tidak dirasakan oleh anak-anak SD saat ini. Dulu, waktu SD kami selalu mendapatkan imunisasi dan suntik gratis. Hal yang paling menakutkan jika melihat sang perawat datang ke sekolah. Maka beberapa temanku akan berlari sembunyi di belakang sekolah.

Setiap pulang sekolah, aku suka bermain. Permainan yang ku mainkan waktu masa kecilku itu seperti masak-masakkan, main boneka, sepak bola, mobil-mobilan, kelereng, wayang, karet, kasti, surga neraka, engklek, beras ketan, sodor, cakalele, polisi-polisi, bom, ular naga, petak umpet dan masih banyak lagi.

Saat ini mungkin kalian sudah sangat jarang melihat anak-anak bermain permainan itu. Ya, permainan itu sudah dikalahkan oleh beberapa video game yang memakai joystick, gadget, tablet dan smartphone. Makanya kehidupan sosialisasi anak-anak sekarang sangat minim.

Aku juga anak yang kuat, sewaktu kecil aku senang membantu Mamakku cari kayu atau sayuran di ladang. Angkat air dari sumur tetangga yang jaraknya sekitar 250 meter dari rumah untuk kebutuhan mandi dan mencuci keluargaku. Selalu bantu bapak jemur dan angkat padi. Paling suka ke sawah saat musim panen kacang tanah dan ubi jalar, untuk cari sisa-sisa kacang tanah dan ubi jalar yang tertinggal. Lumayan bisa dijual kembali.

Sejak kecil, aku sudah terbiasa memasak di dapur membantu mamakku, bahkan sering bereksperimen dengan bahan-bahan yang ada dapur dan membantu mencuci pakaian keluargaku. Saat kecil aku di didik keras oleh ayahku, maka tak jarang jika aku melakukan kesalahan maka sebuah kayu akan melayang di paha dan belakangku.

Dulu, aku merasa bahwa aku tidak di sayang karena selalu dipukuli, namun saat ini aku telah merasakan dampaknya. Pendidikan yang keras, membuat aku menjadi orang yang kuat, percaya diri, tidak gampang menangis, dan mampu hidup mandiri.

Banyak hal yang ingin aku ceritakan ketika masa SD ku, namun mungkin akan menghabiskan banyak halaman. Jadi cukup sekian untuk kisah ketika aku masih kecil yach… J . Oh ya sebelum aku tutup kisah masa SD ku, aku akan perkenalkan beberapa nama teman-temanku sekaligus sahabatku dari SD-SMP, pas SMA dan kuliah pisah. Nah ini dia nama teman-temanku.

1. Edy Purboyo (alumni jurusan ilmu sosial politik UNHAS dan sekarang bekerja di salah satu bank swasta),

2. Hosiana Pong Bunga (semester akhir jurusan rekam medis di salah satu universitas swasta Bandung),

3. Helly Oktavianty Sareba (alumni jurusan kebidanan Kamanre Palopo, saat ini menjadi bidan di Puskesmas Lamasi

4. Adi Sutrisno (alumni salah satu perguruan tinggi kesehatan jurusan keperawatan di Makassar)

Hanya sedikit memang teman-temanku ketika SD yang masih melanjutkan sekolah hingga ke jenjang perguruan tinggi. Sebagian yang lain telah menikah saat tamat SD, SMP dan SMA. Nah sekarang ak u perkenalkan nama-nama guruku waktu SD yach ,

1. Ibu Debora, guru kelas 1

2. Ibu Hasriati, guru kelas 2

3. Ibu Yuspin, guru kelas 3 (keingat kalau pemeriksaan kuku, pasti kena pukulan)

4. Pak Ruru, guru kelas 4 sekaligus guru olah raga (keingat nich dengan cubitan kepitingnya)

5. Ibu Sriati, guru kelas 5 (galak banget kalau pas matematika, aku juga pernah kena pukulan)

6. Ibu Derlis, guru kelas 6

Nah, saat ini aku telah menjadi salah satu pengajar kontrak dan staff management di salah satu perusahaan bimbingan belajar terbesar di Indonesia yaitu Ganesha Operation. Masih mau tahu kehidupanku saat SMP, SMA dan masa kuliah? Ikuti terus kisahnya di kitaberbagi.info.

”Masa kecil adalah masa dimana kita belajar dan bermain”

Nah ini foto sahabat-sahabatku ,……
Sepotong Kisah di Masa Kecil

Last Updated on 2022-06-08 by admin

9 Komen
  1. Husna berkata

    Irsad, adminya yang pakai jilbab hijau 🙂

  2. irsad berkata

    admin husna yang mana yah? pengen kenalan soalnya. 🙂

  3. Husna berkata

    ha..ha…

  4. ardi berkata

    ceritanya cantik. cewek cewekna jg cantik2. pngen blang i love you hehehe,..,

  5. Madil berkata

    pantas kayak pernah sy lihat waktu bawa lamarannya sepupunya temanku.

  6. Husna berkata

    makasih ….aamiin… wa alaikum salam 😀
    Kunjungi ajach FB nya 🙂

  7. Husna berkata

    ha..ha.. kak Devi itu CS nya.. boleh entar aku salamin 😀

  8. Madil berkata

    gokil ceritanya, terbaik..!
    ikut titip salam juga deh, yang kerudung biru tua dekatnya ka' tati. cuit cuiiiiit hahahahaha 😀

  9. Sharif berkata

    cantik2 nih sahabatnya. apalagi adminnya. salam nah sama sarif. sempat jodoh. hehe

Tinggalkan pesanan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.

Lewat ke baris perkakas