Puisi Persembahan Kitaberbagi; Nama-Mu Selalu Baku Di Hatiku

0 585

Nama-Mu Selalu Baku Di Hatiku

karya: Kitaberbagi Comunity

Seperti kuturunkan tangan di atas debu,,

Seraya mengingat nama yang terus kutuju,,

kuangkat tanganku di tengah – tengah udara panas,,

yang meniup dengan doa – doa mahabbah,,

tercetak dimulutku yang setia, melafal disetiap aku melakukannya,,

melekat menguat, membumi pada tanah yang gersang,,

lelah kaki melangkah pada debu – debu yang disinari panas matahari yang membisu,,

selalu melaksanakan kewajiban tepat dan terus dalam 5 waktu,,

Kubakukan nama-Nya dulu, kini, nanti, dan entah sampai kapanpun itu.

Seketika Hembusan angin memberikan kesejukan,,

Kesejukan hati yang gundah,,

dengan terpaan cahaya matahari yang menghangatkan dalam setiap hati yang selalu bergejolak,,

Hati yang damai, tenang, dan bahagia tak akan goyah,,

Kubakukan nama-Nya dulu, kini, nanti, dan entah sampai kapanpun,,

meskipun angin menjadi badai,,

Meskipun cahaya matahari menjadi api,,

Ketika tak ada dosa yang membelenggu, maka alampun akan bersemi,,

Kubakukan nama-Nya dulu, kini, nanti, dan entah sampai kapanpun,,

Bagaimana Puisi ini diciptakan dan legal?

Puisi ini diambil ketika berada di musim panas, kebetulan waktu itu si pembuat puisi berada di daerah yang kekurangan air karena musim panas. Musim panas terlalu menyengat dan dia bersandar di tengah rumah panggung sembari memegang kertas puisi dan memulai karyanya.

Dibait pertama tersirat kata debu karena tanah pada waktu itu sangat kering dengan melimpahnya debu-debu kecil yang berterbangan ketika di tiup angin. timbul dipikirannya bahwa ketika tidak ada air untuk menunaikan ibadah shalat maka yang dipikirkan adalah kata tayammum. makanya keluarlah kata menurunkan tangan di atas debu dan mengingat nama yang dituju.

Kita akan bercerita panjang lebar bagaimana puisi ini didapatkan mungkin bisa menjadi pelajaran bagi para penggemar kitaberbagi info comunity dalam menulis puisi. walaupun sang pembuat puisi bukanlah master dalam membuat puisi.

sekarang kita lanjut, pada bait selanjutnya memang pada waktu itu situasi suhu dalam keadaan panas maka kebanyakan pada kata selanjutnya keluar adalah angin dan udara panas.

ada yang paling menarik pada bait puisi selanjutnya, tahukah anda kenapa doa mahabbah tersirat dalam puisi di atas? karena pada saat kata yang akan dikeluarkan ini sang pembuat puisi telah selesai shalat dan berdoa maka timbullah dipikirannya untuk menambahkan doa mahabbah dan setia melafalkannya.

kemudian kata menguat membumi pada tanah gersang, kita sudah tahukan kenapa kata ini keluar, ya ingat penjelasan diatas. musim panas.

Dan sekarang kata inti yaitu 5 waktu dan nama yang baku. kedua kalmat ini saling berkaitan. kalimat itu diambil ketika selesai shalat maka perlunya menambahkan 5 waktu biar makna puisi selalu dalam makna keagamaan.

dan bait – bait selanjutnya itu adalah pelengkap dari sebelumnya dimana ada kata matahari selalu menghiasi, juga tidak luput dari alam. karena sang pembuat puisi merasa bahwa walaupun seberapa panasnya bumi ini maka semua itu adalah hikmah dan berkah dari tuhan.

Moril

Lalu morilnya apa? morilnya sangat sederhana tapi sangat bermakna, yaitu kewajiban kita selaku umat manusia.

Last Updated on 2022-06-08 by admin

Tinggalkan pesanan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.

Lewat ke baris perkakas